“Hanya Sebatas Ilmu Dunia, Lalai Akan Ilmu Agama”

Khutbah Pertama :

Sesungguhnya Alloh tidaklah menciptakan manusia sia-sia. Namun, Alloh ciptakan [manusia] karena akan adanya tujuan yang agung, [yaitu] dalamrangka beribadah kepada Alloh rabbul ‘alamin. Alloh berfirman :

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (Al-Qiyamah : 36) Tidak diperintah dan tidak diberikan larangan? Tidak Mungkin.

Maka dari itu Alloh mewajibkan hamba-hambaNya untuk mengetahui dan berilmu tentang Alloh, berilmu tentang kehidupan akhirat. Dan Alloh memberikan ganjaran yag besar bagi mereka yang senantiasa berusaha lebih mengetahui kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Dan Alloh mengecam orang-orang yang menjadikan ilmunya [hanya] sebatas dunia, Alloh berfirman ketika mensifati orang-orang yang dikecam oleh Alloh, orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Alloh. Alloh berfirman :

يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (Ar-Ruum : 7)

Mereka [kata Alloh] يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا [ilmunya hanya sebatas lahiriah kehidupan dunia. Mereka hanya berilmu, mereka hanya mengetahui tentang kehidupan dunia] وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ [sementara mereka lalai dari kehidupan akhirat]

Oleh karena itu, Rosululloh ketika menyebutkan 5 (lima) orang yang dibenci oleh Alloh, dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi dengan sanad yang hasan, dari hadits Abu Hurairoh –radhiyallohu ‘anhu-, Rosululloh bersabda :

Sesunggunya Alloh murka, marah kepada setiap orang yang (1)yang keras, kasar lagi sombong (2) yang serakah lagi tamak (3) yang suka berteriak2 dan bertengkar (4) bagaikan bangkai dimalam hari (5) berilmu tentang dunia, tapi bodoh tentang akhirat.

Sifat yang terakhir ini, Rosululloh sebutkan sebagai sifat yang dibenci oleh Alloh, yaitu berilmu tentang dunia tapi bodoh tentang kehidupan akhirat.

Makanya Rosulululloh berdo’a kepada Alloh : [artinya] “Janganlah Engkau jadikan dunia sebagai cita-cita kami yang paling tinggi..”. Dan Rosululloh memohon kepada Alloh perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Maka wahai saudarku, janganlah kita [menjadi seperti orang] yang disebutkan Alloh tadi, يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا, [Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia] وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ [sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai]

Jangan pula kita [menjadi] seperti yang disebutkan oleh Rosululloh, bahwa Alloh murka kepada orang yang berilmu tentang dunia, tapi jahil [bodoh] tentang kehidupan akhirat.

Orang yang ada di dalam hatinya Iman, orang yang ada di dalam hatinya Islam, tidak ridho dirinya dimurkai oleh Alloh, tidak ingin bila ia dimurkai oleh Alloh.

Banyak [diantara] kaum muslimin, mereka rajin mencari ilmu dunia namun mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirtanya. Dia tidak mau peduli tentang ilmu-ilmu agama. Padahal -ayyuhal ikhwah- kebahagiaan seorang hamba terletak pada pengetahuannya tentang agamanya, [pengetahuannya] tentang akhiratnya, [pengetahuannya] tentang tujuan hidupnya, [pengetahuannya] tentang siapa rabbnya, siapa yang akan ia sembah.

Karena memang tujuan hidup kita sebagaimana Alloh firmankan,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz Dzariyat : 56)

Bagaimana kita akan beribadah kepada Alloh, sementara kita tidak tahu ilmu tentang ibadah itu sendiri? Bagaimana kita akan merealisasikan hakikat ubudiyah, sementara kita tidak pernah berilmu bagaimana tatacara beribadaha kepada Alloh yang shahih?

Maka -ummatal Islam- kewajiban kita tentu, berusaha untuk berilmu tentang kehidupan akhirat. Alloh -subhanahu wa ta’ala- menyuruh kita untuk mencari kehidupan akhirat namun jangan melupakan kehidupan dunia.

Alloh berfirman

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi
(Al-Qoshosh : 77)

Jangan kamu lupakan bagianmu dari kehidupan dunia, artinya akhirat adalah tujuan kita -yaa akhi- adapun dunia adalah wasilah yang kita jadikan alat menuju kehidupan akhirat.

Antum mencari naskah, tiada lain dalam rangka mencari keridhoan Alloh -subhanahu wa ta’ala-, pahala yang besar. Tentunya, ketika antum mencari nafkah, antum harus faham dan berilmu tentang perdagangan, perbisnisan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan mata pencahariannya tersebut.

Dizaman Umar –radhiyallohu ‘anhu-, pedagang yang tidak faham tentang fiqih perdagangan tidak boleh berdagang. [Tapi], dizaman ini siapa saja berdagang. Terkadang kita lihat, [mereka] tidak peduli halal ataupun haram, bahkan riba pun dia makan. Bahkan -na ‘udzu billah- dia mengatakan, katanya, ‘sesuatu yang haram saja sulit untuk didapatkan bagaimana yang halal.?’

‘Ajaban!! sungguh sangat aneh orang seperti ini!!, Sehingga akhirnya pengetahuan dia hanya sebatas dunia. Tidak pernah pengetahuan dunianya diikat dengan pengetahuan akhirat.

Seorang ahli ekonomi yang ternyata jahil [bodoh], tidak faham tentang kehidupan akhirat dan hukum-hukum agama pastilah akan mencetuskan kaidah-kaidah ekonomi yang sangat bertabrakan dengan syari’at islam.

Ikhwatal Islam a ‘azzaniyalloh wa iyyakum, maka Rosululloh menegaskan kepada kita bahwasanya sifat yang dibenci oleh Alloh, orang yang dibenci oleh Alloh,

Orang yang berilmu tentang dunia tapi dia bodoh terhadap kehidupan akhirat

Tentu setiap kita [harus] instrospeksi diri yaa akhi.. Sudahkah kita berilmu tentang kehidupan akhirat ? sudahkah kita berilmu tentang agama kita lebih daripada pengetahuan kita tentang kehidupan dunia ? Sudahkan kita mempelajari tentang sholat kita, tentang tauhidulloh, tentang sunnah-sunnah Rosululloh?

Ini adalah bahan pemikiran, ini adalah tempat kita untuk senantiasa berlomba-lomba
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (Al Muthaffifin : 26)

Khutbah kedua

Ummatal Islam, maka berbahagia orang yang dijadikan oleh Alloh faqih dalam agamanya. Rosul kita yang mulia ‘alaihis sholatu was salam bersabda ;

[artinya] barangsiapa yang dihendaki oleh Alloh kebaikan untuk dirinya, dia akan difaqihkan tentang agama.

Kebalikannya, barang siapa yang Alloh tidak inginkan kebaikan untuknya, tidak akan difaqihkan dalam agama. Dia tidak akan lagi peduli terhadap agamanya, sehingga pada waktu itu dia lebih mengikuti hawa nafsunya daripada mengikuti ayat-ayat Rabbnya..

Padahal Alloh -subhanahu wa ta’ala- ayyuhal ikhwah mempermisalkan orang-orang seperti itu bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab besar

مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal
(Al Jumu’ah : 5)

Maka sudah saatnya kita untuk duduk di majlis-majlis ilmu, karena [majlis ilmu] itu adalah merupakan taman dari taman-taman surga. Sebagiamana dikatakan oleh Abdulloh ibn Mas’ud –radhiyallohu ‘anhu-

‘Apabila kalian melewati taman dari taman-taman surga maka singgahlah!’. Lalu beliau ditanya, “Wahai abu Abdirrahman, apa yang dimaksud dengan taman surga itu”. Kata beliau, ‘Halaqoh-halaqoh Ilmu’

Rosululloh bersabda, “Aku duduk bersama kaum yang mereka bedzikir kepada Alloh setelah selesai sholat fajar sampai matahari terbit, itu lebih aku sukai daripada matahari yang terbit pada hari itu

Lalu Anas –radhiyallohu ‘anhu- berkata, ‘tahukah kalian apa yang dimaksud dengan majlis dzikir yang disebutkan oleh Rosululloh tadi?’ Bukanlah majlis dzikir disini seperti yang kalian fahami. Akan tetapi -kata Anas-, ‘Ia adalah majlis-majlis ilmu

[Majlis ilmu adalah majlis] yang dibahas padanya ilmu tentang Alloh, yang dibahas padanya ilmu tentang Rosuulloh. Yang dibahas padanya ilmu tentang hak-hak Alloh, tentang sunnah Rosululloh, tentang tauhidulloh, qola Alloh wa qola Rosul [Firman Alloh dan Sabda RosulNya]..

Sebagaimana Adz Dzhahabi berkata, ‘Ilmu itu adalah firman Alloh, sabda Rosululloh, dan apa yang difahami oleh Shahabat Rosululloh, bukan apa yang diada-adakan. Ilmu itu bukan engkau menegakkan pertentangan anatara pendapat ulama dengan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits.

Maka -ikhwatal islam- jadilah kita termasuk abna ul akhiroh (Anak-anak akhirat) dan jangan kita menjadi abna ud dunya (Anak-anak dunia). Rosululloh mencela anak-anak dunia beliau bersabda,

Celaka hambanya dinar, celaka hambanya dirham, celaka hambanya pakaian

Rosululloh mendo’akan kecelakaan buat anak-anak dunia, maka kita berusaha menjadi anak-anak akhirat. Yang berusaha menjadikan akhirat tujuan kita tanpa melupakan kehidupan dunia.

Sumber : Khutbah Jum’at Radio RODJA 756 AM, 5 Juni 2009 disampaikan oleh Ust. Badrusalam

http://moslemsunnah.wordpress.com/2009/06/23/download-audio-hanya-sebatas-ilmu-dunia-lalai-akan-ilmu-agama-ustadz-badrusalamlc/

No comments:

Post a Comment