وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.”(Qs. al-Furqan : 25)
Kemudian akan diikuti dengan meluapnya air laut, artinya sebagaimana yang disebutkan oleh Hasan al-Bashri , bahwa air laut itu akan habis dan menjadi kering, karena pada awalnya laut-laut akan menyatu dan airnya berlimpah, tetapi jika terjadi ledakan maka airnya akan menjadi cerai berai sehingga kering.
Setelah itu kuburan-kuburan akan dibongkar dan dikeluarkan apa yang ada di dalamnya dari mayit-mayit yang menjadi hidup lagi. Dan bumipun akan dibongkar dan dikeluarkan seluruh isinya. Ini sesuai dengan firman Allah,
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
“Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya.” ( Qs. Al-zalzalah : 4 )
Pada saat itulah manusia baru sadar akan amal perbuatannya yang selama ini dikerjakan. Maa qaddamat wa akhharat ( Teringat apa saja perbuatan baik yang pernah dilakukan dan yang ditinggalkan )
Allah menyebutkan dua hal saja dalam kehidupan manusia ini maju atau mundur, tidak ada istilah berhenti atau diam, karena berhenti atau diam berarti kemunduran, bukan kemajuan.
Jangan sampai hal ini, kemudian membuat manusia terbuai dan menganggap bahwa perbuatan-perbuatan jahatnya tidak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah dan dia akan luput dari sangsi-Nya. Inilah rahasia kenapa Allah menyebutkan di akhir ayat dengan sebutan ( Tuhan-mu Yang Maha Pemurah )
Adapun Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ( Tuhan-mu Yang Maha Pemurah ), yaitu sangat baik kepada makhluq-Nya, maka jangan sampai kemurahan dan kebaikan-Nya dibalas dengan perbuatan maksiat.
Al-Karim adalah sifat Allah Yang Maha Pemurah. Kemurahan Allah di dalam ayat ini digandengkan dengan kata ar-Rabb, yang berarti Pemelihara, Pengatur dan Pemilik. Hal itu menunjukkan bahwa kemurahan Allah ini terwujud dalam penciptaan alam semesta dan penciptaan manusia serta pemeliharan Allah secara terus menerus terhadap manusia itu sendiri. Ini dijelaskan Allah dengan lebih mendetail pada ayat selanjutnya, bahwa Dia-lah yang menciptakan manusia dalam keadaan yang paling sempurna. Itulah salah satu bentuk kemurahan Allah.
Di dalam surat al-‘Alaq yang merupakan ayat pertama yang diturunkan kepada nabiMuhammad disebutkan kata “ Al-Akram “ , menurut Sa’id bin Ali al-Qahthani , yaitu Allah Yang Paling Pemurah, Yang memiliki sifat puncak kemurahan yang tiada bandingnya dan tidak ada kekurangan di dalamnya.
Yang menarik lagi bahwa kata “ al-Karim “ di dalam surat An-Naml, digandeng dengan kata “ al-Ghani “, yang berarti Maha Kaya. Ini disampaikan untuk menanggapi orang-orang yang kafir kepada-Nya, seperti pada ayat di bawah ini :
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
“ Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. ( Qs an-Naml : 40 )
Ini menunjukkan bahwa kemurahan Allah kepada makhluq-Nya tidak hanya terbatas kepada orang-orang beriman saja, tetapi juga berlaku kepada orang-orang kafir yang menentang kekuasaan-Nya dan orang-orang musyrik yang menyekutukan-Nya dengan sesembahan-sesembahan yang lain. Hal ini dikarenakan Allah Maha Kaya tidak membutuhkan makhluq yang menyembah-Nya, tetapi justru makhluk- makhluk-Nya lah yang membutuhkan kemurahan-Nya.
Ini senada dengan sifat “ar-Rahman“, yaitu Yang Maha Pengasih kepada seluruh makhluk-Nya tanpa memandang bulu. Dan itu semua berhubungan dengan kenikmatan materi. Berbeda dengan sifat “ ar-Rahim“, yaitu Yang Maha Penyayang yang dikhususkan hanya kepada orang-orang yang beriman saja, yaitu berupa kenikmatan jiwa yang non materi.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan paling sempurna dibanding dengan makhluk-mkahluk lainnya. Ini dikuatkan dengan firman-Nya :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Qs. at-Tiin : 4 )
“Fa’adalak” (menjadikan susunan tubuhmu seimbang ), artinya susunan tubuh manusia benar-benar seimbang, bagaimana Allah menciptakan mata hidung mulut telinga dan rambut pada posisi yang memang diperlukan oleh manusia. Allah menjadikan mulut satu dan telinga dua. Tangan yang berjumlah dua, kemudian diujungnya diberi jari-jari yangberjumlah sepuluh . Kedua kaki yang terletak di bawah .
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qs. Qaaf : 18 )
“ Kiraman Katibin “, yaitu malaikat –malaikat penjaga manusia tersebut mempunyai sifat ( Kiraman ) yaitu pemurah, dan ( Katibin ) yaitu yang selalu menulis setiap perbuatan manusia. Maksudnya menurut Ibnu Utsaimin bahwa malaikat tersebut tidak akan curang dan tidak akan mencatat sesuatu yang belum dikerjakan manusia. Sebaliknya tidak akan membiarkan sesuatu yang dikerjakan manusia, kecuali akan dicatat oleh malaikat tersebut.
“Al-Abrar” berasal dari kata barrun yang berarti luas, maka daratan disebut dengan al- Barru karena tempatnya luas, dan manusia disebut dengan al Bariyyah , sebagaimana di dalam surat al- Bayinah, karena mereka hidup di atas daratan. Maka kata al-abrar adalah orang yang luas kebaikannya. Termasuk di dalamnya “ Birrul Walidain “, yaitu berbuat baik yang sangat banyak kepada kedua orangtua.
“ Mereka berada di dalam kenikmatan “, Untuk menggambarkan kenikmatan yang luar biasa, Allah menggunakan kata “ dalam kenikmatan “ , bukan dengan kata “ mendapatkan kenikmatan “ hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar berada di dalam kenikmatan tersebut dan tidak akan keluar darinya.
Kenikmatan tersebut meliputi kenikmatan jiwa dan kenikmatan badan, mereka dapatkan keduanya di akherat. Adapun di dunia ini, mereka mendapatkan kenikmatan jiwa.
“ Al-Fujjar “ adalah orang-orang durhaka, lawan dari “ al-Abrar “ . Mereka berada dalam neraka Jahim. Mereka memasuki neraka tersebut pada hari pembalasan.
“Mereka sekali-kali tidak ghoib dari neraka itu.” (Bi-ghoibin), maksudnya mereka tidak pernah ghoib, yaitu selalu berada di dalam neraka tersebut, kekal selama-lamanya.
“ Apakah gerangan hari pembalasan itu “ Yaitu hari dimana seseorang tidak bisa memberikan manfaat maupun madharat kepada orang lain sedikitpun. Oleh karena mereka berbondong-bondong meminta syafaat kepada nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa ‘alaihim as-salam, tetapi mereka tidak bisa memberikan syafaat tersebut. Kemudian mereka mendatangi nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam dan beliaulah yang mempunyai syafaat besar danmaqaman mahmuda ( kedudukan yang agung ) pada hari kiamat atas izin Allah sebagaimana yang terdapat dalam doa sehabis adzan.
“ Segala urusan pada hari itu hanya milik Allah saja “ yaitu tidak ada satupun makhluq Allah yang bisa memberikan manfaat kecuali hanya Allah. Jika ada yang bertanya, bukankah Allah memiliki segala urusan bukan hanya di akherat saja, tetapi juga sewaktu manusia berada di dunia ? jawabannya bahwa sewaktu di dunia banyak orang yang mengaku dirinya raja, berkuasa, dan berlaku sewenang-wenang, tetapi di akherat tidak ada satupun yang bisa mengaku hal tersebut. Ini sesuai dengan firman Allah pada ayat-ayat lain, diantaranya :
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا
“Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.” ( Qs. al-Furqan : 26 )
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“(Lalu Allah berfirman): Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” epunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Qs. al-Mu`min : 16)
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
“ Yang menguasai hari pembalasan.” (Qs. al-Fatihah : 4)
Wallahu A’lam,
Disampaikan pada pengajian Tadabbur al-Qur’an di Majlis Taklim Tazkiyatu al-Auliya, Cikeas, Bogor, pada tanggal 15 Shofar 1435/18 Desember 2013.
*Penulis adalah Direktur Pesantren Tinggi Al-Islam, Pondok Gede, Bekasi. (ahmadzain.com)
http://www.alislamu.com/8134/renungan-surat-al-infithar/